Mengenal Desa Besole Dijuluki Kota Marmer Tulungagung. Desa ini di bagian selatan Tulungagung memiliki sesuatu yang berbeda dari yang lain. Tulungagung memiliki beberapa pantai yang indah meskipun banyaknya gunung. Tulungagung dijuluki sebagai Kota Marmer karena banyaknya mineral alamnya.

Tulungagung dijuluki sebagai Kota Marmer. Bukan tanpa alasan, di sana ada satu desa penghasil marmer terbaik bahkan sudah menembus pasar internasional. Ialah Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung.

Mengenal Desa Besole Dijuluki Kota Marmer Tulungagung

Dilansir dari repository UIN Satu Tulungagung, salah satu sentra industri penghasil marmer di Desa Besole adalah PT Industri Marmer Indonesia, yang sudah berdiri sejak tahun 1961. Industri ini kemudian berkembang menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 1970.

Hingga kini, terus bermunculan industri marmer di berbagai wilayah di Desa Besole. Yuk, intip sekilas Desa Besole yang jadi daerah penghasil marmer di Kabupaten Tulungagung.

Ya, itu adalah Desa Besole, yang terletak di Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. Desa Besole terletak di Kecamatan Besuki, sekitar 27 kilometer dari tengah kota Tulungagung.

Desa Besole memiliki luas 8,01 km2 dan terdiri dari tiga dusun: Besole, Gambiran, dan Popoh. Penduduk Desa Besole berjumlah 9.395 orang, dengan 4.791 wanita dan 4.604 pria, menurut BPS Tulungagung tahun 2015.

PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung (IMIT) berlokasi di Desa Besole, yang memiliki banyak batuan marmer yang ditemukan di sana.

Bahkan dikatakan bahwa ini adalah pusat pengolahan marmer terbesar di Indonesia. Hal ini mungkin menjadi alasan Tulungagung diberi julukan Kota Marmer.

Mengenal Desa Besole Dijuluki Kota Marmer Tulungagung

Serba-serbi Desa Besole:

Desa Besole memang diketahui memiliki kandungan batuan marmer yang sangat besar. Simak seputar Desa Besole seperti dilansir dari jurnal berjudul Perkembangan Industri Marmer di Desa Besole Kabupaten Tulungagung Tahun 1990-1998 karya Januaryta Ilma Azizah.

1. Sejarah Industri Marmer di Desa Besole

Wilayah pegunungan yang terdapat di Kabupaten Tulungagung merupakan pegunungan yang mengandung gamping. Di mana gamping dapat dijadikan bahan untuk memproduksi batu marmer.

Penambangan marmer mulanya dilakukan di Distrik Wadjak di bawah naungan Pemerintah Hindia Belanda pada 1800-an. Distrik Wadjak merupakan suatu wilayah distrik yang didirikan pada masa Pemerintahan Bupati Ngrowo R.M.T. Soemodiningrat tahun 1861.

Lantaran proses penambangan tidak berjalan dengan baik, akhirnya Desa Besole dijadikan sebagai tempat untuk memproduksi marmer. Hal ini lantaran Desa Besole dinilai memiliki potensi sumber daya alam marmer.

Kerajinan batu marmer yang digarap masyarakat Desa Besole mulai muncul tahun 1960-an. Kemunculan produksi marmer ini ditandai dengan didirikannya pabrik marmer pertama kali di Kabupaten Tulungagung.

Pabrik ini didirikan pada 1961 dengan nama PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung. Alat-alat yang digunakan untuk memproduksi marmer di pabrik tersebut mulanya menggunakan alat-alat peninggalan Belanda.

Produksi kerajinan marmer di Desa Besole pun dilakukan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lain. Hingga tahun 1990-an, industri marmer di Desa Besole mengalami perkembangan pesat.

Sebab, marmer yang diproduksi Desa Basole berhasil menembus pasar lokal hingga internasional. Contohnya, Jepang, Australia, Jerman, Cina, Amerika, dan masih banyak lagi.

2. Proses Produksi Industri Marmer

Setidaknya ada tujuh proses produksi yang harus dilakukan untuk menghasilkan marmer. Berikut proses produksi industri marmer di Desa Besole.

  • Penambangan: Tahap pertama untuk memproduksi marmer dilakukan penambangan. Batu yang telah ditambang akan dibongkah menjadi bongkahan besar dan bongkahan kecil.
  • Block pemotongan (Block cutting): Block pemotongan dilakukan dengan cara memotong blok marmer menjadi slab.
  • Cross cutting: Lembaran slab yang telah dipotong akan dipotong ujung-ujungnya agar permukaan blok marmer menjadi rata.
  • Calibrating: Selanjutnya, slab yang telah dipotong ujung-ujungnya kemudian dipotong dan diratakan kembali sesuai ukuran yang diinginkan.
  • Dempul: Tahapan dempul dilakukan menggunakan lem resin dan lem untuk meratakan atau menutup pori-pori dan lubang-lubang kecil agar tampak lebih alami.
  • Polishing: Setelah lubang atau pori tertutup, marmer kemudian dipoles agar menghasilkan permukaan yang licin.
  • Cross Cutting Size: Tahap terakhir dalam produksi marmer adalah pemotongan marmer sesuai ukuran marmer yang diinginkan.

3. Jenis Produksi Marmer di Desa Besole

Pada mulanya, industri marmer di Desa Besole hanya menghasilkan batu marmer untuk lantai dan dinding. Seiring dengan perkembangan teknologi, produksi batu marmer kian beragam. Mulai dari gantungan kunci, piala, vandel, hiasan telur, dan masih banyak lagi.

4. Karakteristik Marmer di Desa Besole

Dilansir dari abstrak skripsi berjudul Geologi, Karakteristik, dan Rekomendasi Pemanfaatan Marmer Daerah Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur, terdapat beberapa ciri yang dimiliki marmer Desa Besole. Berikut ciri-cirinya.

  • Berwarna putih kecokelatan
  • Berstruktur non-foliasi (tidak tampak jajaran mineral-mineral penyusun)
  • Berdensitas menengah (pola kontur berwarna hijau hingga kuning)

Selain itu, ada wisata Pantai Popoh dan Sidem yang sangat terkenal di daerah. Di Desa Besole juga ada Telaga Bedalem, di mana teratai kadang-kadang mekar.

Konon, ada makam seorang tokoh penyebar agama Islam di Tulungagung bahkan di tengah telaga ini.

Mengenal Desa Besole Dijuluki Kota Marmer Tulungagung

Semoga bermanfaat 🙂